Sabtu, 08 Februari 2014

TENTANG ANTROPOLOGI BUDAYA

TENTANG ANTROPOLOGI BUDAYA

Antropologi budaya adalah cabang antropologi yang berfokus pada penelitian variasi kebudayaan di antara kelompok manusia. Antropologi budaya mengumpulkan data mengenai dampak proses ekonomi dan politik global terhadap realitas budaya lokal. Para antropolog budaya menggunakan berbagai metode, diantaranya pengamatan partisipatif (participant observation),wawancara dan survei. Penelitian antropologi budaya sering dikategorikan sebagai penelitian lapangan karena seorang antropolog harus menetap dalam kurun waktu yang cukup lama di lokasi 


Asal-usul

Salah satu pengertian pertama tentang pengertian istilah "kebudayaan" berdasarkan antropologi adalah oleh Sir Edward Burnett Tylor, antropolog asal Inggris dalam halaman pertama bukunya yang terbit tahun 1897: "Kebudayaan, atau peradaban, diambil dalam artinya yang luas dan etnografis, adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum, adat-istiadat dan kemampuan dan kebiasaan lain mana pun yang didapati manusia sebagai anggota masyarakat.[2] Istilah "peradaban" di kemudian hari diganti definisinya oleh V. Gordon Childe, di mana "kebudayaan" menjadi istilah perangkum dan "peradaban" menjadi satu jenis khusus kebudayaan[3]
Wawasan antropologis tentang "kebudayaan" antara lain mencerminkan reaksi terhadap wacana sebelumnya di dunia Barat, yang berdasarkan pada perlawanan antara "budaya" dan "alam", di mana sejumlah manusia dianggap masih hidup dalam "keadaan alamiah". Para antropolog menyatakan bahwa kebudayaan justru merupakan "alam manusia" dan semua manusia memiliki kemampuan untuk menyusun pengalaman, menterjemahkan penyusunan ini secara simbolis berkat kemampuan berbicara dan mengajarkan paham tersebut ke manusia lainnya.
Karena manusia mendapati kebudayaan melalui proses belajar enculturation dan sosialisasi, orang yang tinggal di tempat yang berbeda atau keadaan yang berbeda, akan mengembangkan kebudayaan yang berbeda. Para antropolog juga mengemukakan bahwa melalui kebudayaan, orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara non-genetik, sehingga orang yang tinggal di lingkungan yang berbeda sering akan memiliki kebudayaan yang berbeda. Teori antropologi terutama berasal dari kesadaran dan minat akan perselisihan antara segi lokal (kebudayaan tertentu) dan global (kemanusiaan secara umum, atau jaringan hubungan antara orang di tempat atau keadaan yang berbeda).[4]
Perkembangan antropologi budaya terjadi dalam konteks akhir abad ke-19, saat pertanyaan tentang kebudayaan manakah yang "primitif" dan yang mana yang "beradab", tidak hanya ada dalam benak Marx dan Freud tapi juga banyak orang lainnya. Kolonialisme dan prosesnya semakin sering membuat pemikir asal Eropa berhubungan, secara langsung atau tidak langsung, dengan bangsa lain yang "primitif"[5]. Keadaan yang berbeda antara berbagai kelompok manusia, yang sebagian memiliki teknologi modern dan maju seperti mesin dan telegraf, sedangkan sebagian lain tidak memiliki apa-apa kecuali komunikasi tatap muka dan masih hidup dengan gaya Paleoliti, menarik perhatian angkatan pertama antropolog budaya.
Sejajar dengan perkembangan antropologi budaya di Amerika Serikat, di Inggris antropologi sosial, dimana "kesosialan" merupakan paham inti yang berpusat pada penelitian mengenai kedudukan dan peranan sosial, kelompok, lembaga dan hubungan antaranya, berkembang sebagai disiplin akademis. Suatu istilah perangkum, yaitu antropologi sosial-budaya, mengacu baik ke antropologi budaya maupun sosial[6]

http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi_budaya


0 komentar:

Posting Komentar